Fobia Sosial
Fobia Sosial adalah ketakutan
menetap dan tidak rasional yang umumnya berkaitan dengan keberadaan
orang lain. Fobia ini dapat sangat merusak, sedemikian parah sehingga
angka bunuh diri pada orang-orang yang menderita fobia ini jauh lebih
tinggi dibanding pada mereka yang menderita gangguan anxietas lain
(Schneier dkk., 1992). Memang, istilah "gangguan anxietas sosial"
baru-baru ini diajukan sebagai istilah yang lebih tepat karena beratnya
masalah dan konsekuensi negatif bagi orang-orang yang mengalaminya jauh
lebih besar dibanding fobia lain (Hebowitz dkk., 2000).
lndividu
yang menderita fobia sosial biasanya mencoba menghindari situasi dimana
ia mungkin dinilai dan menunjukkan tanda-tanda kecemasan atau
berperilaku secara memalukan. Ketakutan yang ditunjukkan dengan keringat
berlebihan atau memerahnya wajah merupakan hal jamak. Berbicara atau
melakukan sesuatu di depan pubhk, makan di tempat umum, menggunakan
toilet umum, atau hampir semua aktivitas lain yang dilakukan di tempat
yang terdapat orang lain dapat menimbulkan kecemasan ekstrem, bahkan
serangan panik besar-besaran. Orang-orang yang menderita fobia sosial
sering kah bekerja dalam pekerjaan atau profesi yang jauh di bawah
kemampuan atau kecerdasan mereka karena sensitifitas sosial ekstrem yang
mereka alami jauh melebihi apa yang kita pikirkan tentang rasa
malu—sangat merugikan secara emosional. Lebih baik mengerjakan pekerjaan
bergaji rendah daripada setiap hari berhadapan dengan orang lain dalam
pekerjaan yang lebih berbarga.
Fobia
sosial dapat bersiat umum atau khusus, tergantung rentang situasi yang
ditakuti dan dihindari. Orang-orang dengan tipe umum mengalami fobia ini
pada usia yang lebih awal, lebih banyak komorbiditas dengan berbagai
gangguan lain, seperti depresi dan kecanduan alkohol, dan hendaya yang
lebih parah (Mannuza dkk., 1995; Wittchen, Stein, 6: Kessler, 1999).
Gangguan anxietas sosial cenderung menjadi kronis jika penanganannya
tidak berhasil.
Fobia
sosial cukup jamak terjadi, dengan angka prevalensi sepanjang hidup 11
persen pada laki-laki dan 15 persen pada perempuan (Kessler dkk., 1994;
Magee dkk., 1996). Fobia ini memiliki tingkat komorbiditas tinggi dengan
berbagai gangguan lain dan seringkali terjadi bersamaan dengan gangguan
menghindar, gangguan mood, dan penyalahgunaan alkohol (Crum &
Pratt, 2001; Jansen dkk., 1994; Kessler dkk., 1999; Lecrubier &
Weiller, 1997). Seperti diharapkan, awal terjadinya biasanya pada masa
remaja, saat kesadaran sosial dan interaksi dengan orang lain menjadi
sangat penting dalam kehidupan seseorang, namun seperti akan kita bahas
nanti (blm. 199), ketakutan semacam itu juga ditemukan pada anak-anak.
Seperti halnya fobia spesifik, fobia sosial cukup bervariasi dalam
berbagai budaya. Sebagai contoh, seperti telah dicatat sebelumnya, di
jepang ketakutan menyakiti orang lain merupakan hal yang sangat penting,
sedangkan di Amerika Serikat ketakutan dinilai secara negatif oleh
orang lain lebih jamak.
Sumber : Psikologi Abnormal Edisi ke-9 : Gerald C Davidson, John M. Neale, Ann M Kring : 2006
Sumber : Psikologi Abnormal Edisi ke-9 : Gerald C Davidson, John M. Neale, Ann M Kring : 2006
Phobia-disorder.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar